Kamis, 16 Juni 2016

PERAN PUSTAKAWAN DALAM MENGIDENTIFIKASI INFORMASI REALITAS

Pustakawan dalam pandangan orang awam merupakan orang yang bertugas menjaga perpustakaan yang kegiatannya tidak lebih dari orang yang menjaga buku-buku dan melayani simpan pinjam. Dalam beberapa literatur ilmu perpustakaan disebutkan bahwa seorang pustakawan merupakan seorang information worker, knowledge worker. Dalam jenjang yang lebih tinggi disebut knowledge professional Information & knowledge Consultant(Rubin, 2010).
Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan pasal 1 ayat 8 menyebut pengertian pustakawan “Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan / atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”.
Di sini jelas bahwa fungsi dan tugas seorang pustakawan tidak sesederhana yang kita bayangkan. Pustakawan harus memiliki latar belakang pendidikan dengan jenjang pendidikan tertentu. Pustakawan dituntut memiliki pengetahuan yang luas dan multi disiplin. Seorang pustakawan tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas karena banyak aktifitas membaca, tetapi lebih dari itu bagaimana meramu suatu data menjadi informasi kemudian meramu informasi tersebut menjadi pengetahuan baru. Keterampilan mengolah pengetahuan menjadi hal yang lazim bagi pustakawan. Kumpulan pengetahuan itu kemudian menjadi kearifan lokal atau lazim dinamakan kebijaksanaan. Begitu tinggi dan mulia tugas pustakawan. Adanya peradaban ilmu pengetahuan salah satunya dipegang oleh pustakawan. Perpustakaan merupakan media pembelajaran seumur bagi manusia dan menjadi pusat peradaban pengetahuan.
Kalau kita melirik pada sejarah perpustakaan zaman awal dan pertengahan, kita menyaksikan bahwa pustakawan itu adalah juga seorang ilmuwan terkenal pada zamannya. Tidak sembarang orang yang bisa menjadi seorang pustakawan (SulistyoBasuki, 1991). Pustakawan juga dituntut mampu memiliki sikap kejujuran, memberikan dampak positif, dan yang paling penting adalah memberikan pelayanan (services) yang terbaik bagi masyarakat pembelajar. Hal ini mengandung indikasi bahwa pustakawan mau tidak mau merancang suatu informasi & pengetahuan yang objektif sesuai dengan kenyataan & berdasarkan pada nilai-nilai kebenaran.
Berkaitan dengan simulacrum informasi, para pustakawan mesti memiliki kepekaan yang tinggi terhadap berbagai informasi yang berkembang di masyarakat di mana dia berada. Pemahaman yang mendalam terhadap teori simulakrum Jean Baudrillard sangat dibutuhkan dalam diri pustakawan sejati. Dengan demikian, kemampuan mengidentifikasi berbagai informasi semu dan nyata menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari seorang pustakawan sehingga informasi yang sampai kepada masyarakat pengguna adalah informasi yang sesungguhnya, bukan informasisimulacrum.

Referensi dari :
Azwar, M. (2014). Teori Simulakrum Jean Baudrillard dan upaya pustakawan mengidentifikasi informasi realitas. Jurnal Ilmu Perpustakaan & Kearsipan Khizanah Al-Hikmah,Vol.2No.1,hlm.38-48.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
 

umik-hsn.blog Template by Ipietoon Cute Blog Design